Di Melbourne, kami menginap di rumah saudara sepupu . Dia tinggal bersama suami dan seorang anaknya. Sepupu kami adalah seorang dokter yang sedang meneruskan studi Doktor S3 nya di Melbourne University. Suaminya yang juga seorang dokter ikut tinggal di Melbourne untuk mendampingi, dan meski tidak ikut kuliah juga, tiap harinya bekerja di sebuah klinik kesehatan di Melbourne. Dan menariknya, suami sepupu kami ikut bekerja part time juga sebagai loper koran! Setiap dini hari, dia bangun pagi pukul setengah 4 untuk mengambil koran dari pusat distribusi, kemudian dengan mobilnya mengantar banyak koran ke perumahan di sekitar Melbourne University dan Coburg. Karena menarik, saya ikut bangun di pagi ini untuk menemani dia melihat pengalamannya mengantar koran. Ternyata menarik juga ya, di saat pagi buta mengantarkan koran (tepatnya melempar koran) ke halaman rumah pelanggan, dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya. Proses pengantaran sampai selesai sekitar dua jam, kemudian kami kembali ke rumah untuk melanjutkan istirahat.
Pagi harinya, kami terbangun dengan cuaca cerah dengan udara yang dingin. Tidak terasa ini sudah hari ke-7 kami berada di benua kangguru. Ini juga hari terakhir kami di Melboune, nanti malam kami akan menuju Sydney menggunakan kereta api.
Karena nanti siang harus packing dan malamnya kami akan berangkat ke Sydney, agenda hari ini satu saja. Mengunjungi Melbourne University. Melbourne University terkenal dengan bangunannya yang iconic dan saya membayangkannya seperti di film Harry Potter, makanya penasaran buat datang kesana. Selain itu, jaraknya juga tidak jauh dari penginapan, dan berencana buat membeli souvenir semacam kaos atau sweater, biar disangkanya pernah kuliah disana. Hehe.
Setelah sarapan, kami bergegas menuju tram stop untuk menuju Melbourne University. Pada saat itu Melbourne Uni sedang banyak pembangunan, sehingga pintu masuk utama ditutup dan kami harus memutar.
Berjalan kaki di daerah kampus selalu menyenangkan, sehingga tidak terasa kami sudah sampai di depan gerbang Melbourne University. Gerbang ini mubazir kalau enggak difoto-foto.
Selesai berfoto di gerbang, kami mampir di toko suvenir yang berada disana. Cukup banyak suvenir yang menarik, tapi akhirnya hanya membeli satu buah sweater Unimelb untuk nyonya.
Lanjut jalan ke arah kampus utama, benar saja. Kampus Melbourne University ini sangat indah. Gedung – gedung tua dipadu dengan taman dan pepohonan dengan dedaunan yang gugur membuat keinginan untuk kuliah lagi disini menguat.
Kami berfoto di gedung jam yang ikonik, menyusuri lorong-lorong kampus dan melewati ruang kuliah, membeli crepes di taman, melewati Professors Walk, lewati perpustakaan, pergi ke Student Union, mampir ke sport center, kolam renang, mengelilingi lapangan football dan baseball, dan mengunjungi college yang bersebelahan dengan Melbourne University.
Tidak terasa mengagumi kampus ini, jam menunjukkan sudah waktunya untuk sholat Jumat. Kami sebelumnya pernah membaca kalau sholat jumat di Melbourne University diadakan di gymnasium. Tapi ternyata setelah kami masuk ke gymnasium, tidak ada tanda-tanda orang yang bersiap untuk jumatan, hanya ada beberapa orang yang sedang bermain bulutangkis. Kami bertanya kepada resepsionis, dan dia tidak tahu juga kalau gymnasium itu dipakai untuk solat untuk mahasiswa muslim. Akhirnya berbekal Google Maps, kami menemukan ada Melbourne University Mushala disana. Kami mengikuti petunjuk di Gmaps tersebut, dan letaknya ternyata rada di luar kampus, di gang kecil dekat taman di depan Fakultas Hukum.
Ternyata ruangan di dalam cukup besar, ada dua ruangan yang dipisahkan oleh tembok. Satu untuk mahasiswa laki-laki dan satu untuk perempuan. Sewaktu saya masuk sudah banyak orang dari berbagai bangsa, banyak orang melayu juga, kemungkinan orang Indonesia atau Malaysia. Untung saja tidak terlambat karena sewaktu saya datang sholat jumat belum dimulai, dan khotib masih berkhutbah.
Selesai sholat jum’at, kami kembali masuk ke Student Union untuk makan siang. Di Student Union, banyak sekali stand makanan seperti pada food court mall di Jakarta. Kami membeli nasi campur di stand masakan Jepang, dan menghabiskan waktu makan siang kami disana.
Setelahnya, kami bergegas untuk kembali ke penginapan untuk packing. Ternyata meski baru di Melbourne, isi koper kami sudah penuh :((. Cukup khawatir karena di peraturan bagasi kereta, setiap koper maksimal hanya boleh 20kg saja. Setiap orang boleh menyimpan dua buah bagasi, tapi masing-masing bagasi tidak boleh melebihi berat 20kg. Akhirnya kami pasrah saja dan gimana nanti deh.
Jam 5 sore, kami diantar oleh sepupu ke Southern Cross Station, tempat dimana kereta kami yang menuju Sydney akan berangkat 3 jam lagi. Sesampainya di Southern Cross, ternyata baggage drop ada di depan, sehingga kami langsung menunjukkan tiket yang sudah kami beli secara online sebelumnya dan menaruh koper. Benar saja, salah satu koper kami beratnya 23kg. Meski hanya lewat 3kg, tidak ada toleransi dari petugas. Jadinya kami membuka koper yang overweight tersebut dan memindahkan beberapa barangnya ke koper yang lain. Setelah pendistribusian berat, akhirnya koper kami diperbolehkan untuk masuk bagasi kereta. Total terdapat 3 koper, dan sisanya akan kami bawa masuk kabin kereta.
Kami masih punya waktu sekitar 2 jam sampai kereta berangkat. Kami pergi untuk membeli makan malam dan menunggu di ruang tunggu sambil mengagumi stasiun yang besar dan orang yang lalu lalang.
Satu jam kemudian, kami mulai masuk ke platform 1 untuk menunggu kereta datang. Sesaat kemudian kereta api datang, dan setelah penumpang turun tidak lama kami dipersilahkan untuk masuk. Kereta apinya tidak jauh berbeda dengan Argo Parahyangan sebenarnya, hanya saja lebih lebar. Disini juga pengantar masih boleh masuk sampai ke dalam kereta. Kalau ini kayaknya kereta api kita lebih maju ya..
Tepat pukul 8 malam kereta api pun berangkat, meninggalkan kota yang memberikan banyak kenangan buat kami berdua. Melbourne, kota yang indah dan sangat menyenangkan, kami berjanji suatu saat akan kembali lagi untuk menyaksikan Australia Open!
Leave a Reply