Akhirnya setelah visa Australia kami diapprove, saatnya hunting tiket pesawat. Kami merencanakan untuk berangkat saat libur lebaran supaya cutinya gak terlalu lama.
Setelah browsing dengan seksama, akhirnya kami mendapatkan tiket Jakarta-Melbourne via Kuala Lumpur dengan AirAsia, dan Sydney-Jakarta via Singapura dengan Scoot Airlines.
Tibalah hari keberangkatan, pesawat yang membawa kami ke Kuala Lumpur berangkat dari terminal 2F bandara Soekarno-Hatta.
Perjalanan Jakarta-KL selama 2 jam, kami punya waktu transit di klia2 selama 4.5 jam sebelum berangkat lagi jam 11 malam waktu malaysia. Oh ya, kalau pesan tiket dari website AirAsia dan memilih penerbangan Jakarta-Melbourne, kita tidak perlu mengambil bagasi di Kuala Lumpur dan tidak perlu juga buat cap imigrasi Malaysia. Bagasi nanti bisa kita ambil langsung di Melbourne, dan ketika sampai di klia2 kita bisa langsung masuk ke Arrival Hall dan area transit tanpa melalui imigrasi. Kita hanya lewati satu pemeriksaan x-ray saja.
Jam 10.20 malam, kami mulai masuk ke ruang tunggu. Sebelum masuk, boarding pass akan discan oleh petugas, dan ada pemeriksaan oleh tentara Malaysia, mereka cek pasport dan menanyakan tujuan pergi ke Australia. Setelah melewati pemeriksaan, gak lama kita akan dipersilahkan masuk ke pesawat. Penerbangan ke Melbourne menggunakan pesawat AirAsia X, pesawat yang lebih besar dari penerbangan Jakarta-KL.
Kuala Lumpur – Melbourne memakan waktu 8 jam. Perbedaan waktu Jakarta dan Melbourne saat itu adalah 3 jam dengan Melbourne lebih cepat. Kami mendarat di Melbourne jam 8 pagi, disambut dengan suhu udara 6 derajat Celcius, karena saat itu Australia sedang musim dingin.
Setelah melewati tarmac, kita akan masuk ke area pemeriksaan imigrasi. Yang cukup mengagetkan adalah petugas imigrasi Australia sangat ramah! Berbeda sekali dengan petugas imigrasi negara yang pernah saya kunjungi, termasuk petugas imigrasi negara sendiri. Petugas imigrasi Australia akan menanyakan tentang apa yang kita tuliskan di dalam passenger card yang sudah dibagikan di dalam pesawat sebelumnya. Kalau kita mengisi passenger card dengan jujur dan menjawab dengan pede pemeriksaan akan lancar-lancar aja. Bahkan setelah kita melewati gate imigrasi dan mengambil bagasi, bagasi yang sudah kita persiapkan untuk dideclare karena membawa semacam indomie, sambal bu rudi, vitamin c, obat2an pribadi, dll bagasi tersebut tidak diperiksa. Petugas yang menjaga custom declaration hanya menanyakan apa saja isinya sambil membaca passenger card, dan kita langsung dipersilahkan untuk keluar tanpa pemeriksaan. Tapi tidak semua bisa langsung keluar, ada yang memang bagasinya harus diperiksa. Mungkin random ya, mengingat saat itu petugas jaga tidak terlalu banyak.
Keluar bandara, foto-foto sebentar, kemudian kami menuju ke kota menggunakan SkyBus, bus bandara yang tiketnya sudah kami beli online sebelumnya. Perjalanan ke kota sekitar 1 jam, dengan pemandangan sekeliling jalanan Australia yang mulus dan ladang di kanan kiri.
Sesampainya di Melbourne city, kami menginap di daerah Coburg, Melbourne bagian utara yang tidak jauh dari Central Business District. Taruh bagasi kemudian kami langsung pergi ke Savers, sebuah toko yang menjual barang-barang seken dengan kualitas baik, untuk membeli winter jacket. Mengingat kami tidak membawa jaket khusus musim dingin. Akhirnya kami dapat juga jaket winter dengan harga $30, dan ternyata itu jaket baru, bukan seken. What a deal.
Dari Savers, kami pergi ke DFO di Essendon. DFO adalah mall berisi sekumpulan tenant-tenant seperti Cotton On, Jayjay, Oroton, dll, yang kebetulan saat itu sedang Sale, sehingga parkiran mobil sangat penuh dan banyak yang berbelanja. Ternyata di belahan bumi Selatan, Sale juga menjadi kata yang ampuh buat mengumpulkan pembeli. Saat itu semua tenant memberikan diskon, misalnya sepatu Adidas 50%, Fossil 60%, Lindt chocolate dengan diskon yang bervariasi.
Setelah puas berkeliling di DFO dan mendapatkan barang bermerk dengan harga miring, kami makan di food courtnya. Yang membuat kaget, ternyata porsi makan sangat besar. Harga per porsi cukup mahal kalau dirupiahkan, sekitar $10 (Rp 100.000-an). Karena porsinya yang besar, bisa kok di share untuk 2 atau bahkan 3 orang. Siang itu kami membeli Kebab Snack Pack dan Falafel.
Sepulangnya dari DFO, kami mampir dulu ke swalayan Coles untuk membeli buah buahan khas Australia. Anggur dan buah kiwi (diimport dari New Zealand) manis banget! Selain itu, seperti swalayan pada umumnya, Coles juga menjual snacks dan barang sehari-hari lainnya. Kami tergoda untuk membeli snack banyak banyak, terutama tim tam dan cokelat yang bervariasi. Kami juga membeli Kettle, potato chips mirip-mirip chitato yang gak bergelombang.
Di Coles, di dekat kasir dijual SIM Card Australia. Kami membeli Optus Card, dengan harga $30 dapat kuota 35 GB untuk 28 hari. Lumayan untuk internet-an, update instagram story dan tethering di Melbourne dan di Sydney nantinya.
Selesai dari Coles, jalan kaki sedikit di daerah Sydney Road kami makan malam di restoran halal Thailand, Taste of Thai. Menu makanannnya sesuai dengan lidah orang Indonesia, dengan harga standard Australia dan porsi yang sangat besar. Kami membeli tom kha dengan steam rice, satu untuk berdua karena porsinya yang besar, sekaligus berhemat.
Kami mendapat kesan positif di hari pertama ke Australia, udaranya yang bersih, suhu yang dingin, kota yang teratur dan rapi, serta orang Australia yang ramah membuat kami tak sabar untuk memulai petualangan esok hari.
Leave a Reply